Jumat, 25 Mei 2012

“PASTORAL MAHASISWA KATOLIK”


“PASTORAL MAHASISWA KATOLIK”

PENDAHULUAN
Dalam sudut pandang agama, terdapat enam golongan mahasiswa yang terdapat di universitas-universitas negeri dan perguruan-perguruan tinggi swasta yakni mahasiswa Islam, mahasiswa Protestan, mahasiswa Katolik, mahasiswa Hindu, mahasiswa Budha, dan mahasiswa Konfusius. Dari keenam golongan mahasiswa ini, penulis lebih memfokuskan penulisan paper ini pada mahasiswa yang beragama Katolik.
Berbicara mengenai mahasiswa  Katolik, kita banyak mendengar bahwa mereka sering disebut sebagai penerus bangsa dan Gereja yang berkualitas dalam hidup. Mereka juga kadang disebut sebagai cerminan orang-orang Katolik di masa yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mahasiswa Katolik disebut sebagai penerus bangsa dan Gereja yang baik namun dalam kenyataan, ada saja dari mereka yang tidak menggambarkan nilai-nilai pancasila, moral, dan agama? Apakah mereka kurang mendapat pembinaan dan pendidikan iman yang baik dan benar?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, penulis akan berusaha untuk menjawabnya dengan mencari dan menguraikan; pertama, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan mahasiswa Katolik. Kedua, Apa yang menjadi spiritualitas mahasiswa Katolik. Ketiga, bagaimana cara mendampingi atau mendidik mahasiswa Katolik. Dengan kata lain, apakah yang menjadi metode pembinaan bagi perkembangan mahasiswa Katolik.

I.    Pengertian Mahasiswa
Secara umum dapat diketahui bahwa mahasiswa adalah pelajar. Dalam beberapa negara, mahasiswa ini diperuntukan bagi mereka yang berkuliah di universitas-universitas dan sekolah-sekolah tinggi, sementara anak sekolah di bawah usia delapan belas tahun disebut murid.[1] Menurut peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Dengan kata lain, mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat.[2]

I.1. Apa Itu Mahasiswa Katolik?
            Mahasiswa Katolik adalah penerus-penerus bangsa dan Gereja yang sementara menjalani masa kuliahnya di universitas-universitas atau di perguruan-perguruan tinggi. Keberadaan mahasiswa Katolik ini mempunyai kaitan integral dengan Gereja universal. Identitas Katolik dalam kemahasiswaan atau dalam dirinya sudah jelas menunjukkan integritas.[3] Segala aktivitas yang mereka lakukan di kampus mempunyai kaitan dengan Gereja. Dengan kata lain, kehidupan dan kegiatan yang mereka lakukan di kampus selalu mempunyai citra bagi Gereja Katolik. Gereja Katolik mendapat wajah yang baik jika mahasiswa Katolik yang berada di kampus bertindak dengan baik dan benar. Sebaliknya Gereja Katolik mendapat wajah yang tidak baik jika mahasiswa Katolik yang berada di kampus bertindak dengan tidak baik dan tidak benar.
Dalam kenyataan terlihat bahwa mahasiswa yang beragama Katolik kadang tidak menyadari akan kekatolikannya sehingga membuat wajah Katolik menjadi tercoreng. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah spiritualitas yang harus dihidupi oleh mahasiswa Katolik sehingga mereka dapat bertindak dengan baik dan benar demi kelangsungan masyarakat kita? Hal ini akan dijawab pada bagian kedua yakni dalam pengertian spiritualitas.

II.       Pengertian Spiritualitas
Berbicara mengenai spiritualitas berarti kita dapat menjelaskannya dalam dua cara yakni luas dan sempit.[4] Secara luas spiritualitas menunjuk pada segala nilai etis dan religius yang dikonkritkan sebagai suatu sikap dan semangat, dan dengan sikap dan semangat itu mengalirlah tindakan atau aksi seseorang. Sedangkan dalam pengertian sempit, satu-satunya spiritualitas otentik adalah spiritualitas yang berpusat dalam Yesus Kristus dan melalui Kristus menuju pada Trinitas.
Dengan kata lain spiritualitas merupakan aspek ‘relasional’, yaitu hubungan manusia dengan Kristus adalah yang terutama. Lawrence Kohlberg dan James Fowler mengatakan bahwa “perspektif perkembangan merupakan dimensi moral dan iman.”[5] Jadi Spiritualitas perlu memanfaatkan gagasan-gagasan perkembangan untuk meningkatkan pertumbuhan kerohanian, sehingga setiap orang dapat menyadari bahwa panggilan untuk melayani Yesus berarti panggilan untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Sebagaimana halnya yang pernah disimpulkan oleh Evelyn dan James Whitehead: “Rahmat Allah dapat ditemukan dalam karya dan struktur psikososial”.[6]

II.1. Apa Itu Spiritualitas Mahasiswa Katolik?
Spritualitas dari mahasiswa Katolik adalah spiritualitas yang hidup dalam semangat Yesus Kristus. Dengan kata lain mahasiswa Katolik perlu mengembangkan spiritualitas ini dalam kegiatan-kegiatan rohani yang diberikan oleh kampus. Hal ini tentunya merupakan suatu dorongan untuk dapat mendisiplinkan kerohanian mahasiswa.[7]
Bagi mahasiswa Katolik, makna dan arti spiritualitas pada hakekatnya lebih menunjuk pada jawaban masing-masing pribadi terhadap panggilan Tuhan dan bagaimana cara masing-masing pribadi berkembang di dalam panggilan Tuhan.[8] Konkretnya, jawaban terhadap panggilan Tuhan terjadi dalam konteks doa dan kegiatan-kegiatan yang mewartakan kerajaan Allah antara lain; pelayanan, rekoleksi, ibadah bersama, dan meditasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan spiritual mahasiswa Katolik dipengaruhi oleh rasa kepercayaan pada diri sendiri, sesama dan terhadap Allah. Komunitas dan identitas juga dapat mempengaruhinya. Jika mahasiswa memiliki kesadaran bahwa identitas dirinya sebagai mahasiswa Katolik maka seharusnya dia mencapai perkembangan spiritual yang tertunu dan berpusat pada Yesus Kristus.

III.    Metode Pembinaan Mahasiswa Katolik.
Dalam uraian mengenai pengertian mahasiswa Katolik dan spiritualitas mahasiswa Katolik, kita dapat mengetahui bahwa pembinaan pada dasarnya adalah pendampingan mahasiswa Katolik sebagai subjek bina. Sebagai subjek bina, mahasiswa Katolik mempunyai tujuan dan maksud hidup yakni tertuju dan berpusat pada Yesus Kristus.
Untuk mencapai tujuan dan pusat dari mahasiswa Katolik yakni Yesus kristus, setiap pribadi mahasiswa tentunya berusaha untuk mampu mengenal akan pribadi Yesus. Dan untuk membantu para mahasiswa agar dapat mengenal akan pribadi Yesus  itu, dibutuhkan pembina yang berkualitas antara lain; Pastor, Frater, Suster, dan Bruder. KHK Kanon 813 menegaskan agar; “Uskup diosesan hendaknya sungguh-sungguh memperhatikan reksa pastoral bagi para mahasiswa, juga dengan mendirikan paroki khusus atau sekurang-kurangnya dengan mengangkat secara tetap imam-imam untuk tugas itu, dan hendaknya ia berusaha agar di universitas-universitas, juga yang tidak Katolik, didirikan pusat-pusat kegiatan Katolik tingkat universitas, yang memberi bantuan kepada kaum muda, lebih-lebih di bidang rohani.” Di keuskupan Purwokerto telah mewujudkan perhatiannya kepada mahasiswa Katolik dengan memberikan tenaga pastoral dan berbagai sarana (fasilitas serta dana) bagi pendampingan mahasiswa Katolik. Sedangkan di Surakarta sendiri telah melakukan hal ini dengan memilih satu Pastor sebagai Pastor paroki mahasiswa yakni romo. Roni, SJ.[9]
Seorang Pembina yakni Pastor atau Frater lewat berbagai cara kreatif harus membantu mahasiswa Katolik dalam mempertanyakan, merumuskan, dan mengungkapkan problematika mereka. Merefleksikannya dalam terang Sabda atau Ajaran Sosial Gereja untuk menemukan makna baru. Penemuan makna atau nilai-nilai itulah yang disebut sebagai tujuan atau sasaran pembinaan. Berbagai cara atau bentuk kerja didaktis untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan pembinaan itulah yang disebut sebagai metode pembinaan. Metode yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan mahasiswa adalah metode eksperiensial.[10] Dasar dari metode ini bahwa pengalaman merupakan guru yang terbaik. Namun bukan berarti semua pengalaman bisa menjadi guru yang baik. Guru yang baik adalah pengalaman yang diolah dan direfleksikan untuk menemukan arti, nilai, dan pesan yang tersirat di dalamnya.
Pendampingan mahasiswa Katolik perlu juga memiliki arah atau visi yang jelas. Misalnya perlu membangun mahasiswa yang berkarakter, beriman dewasa, berintelektualitas unggul dan memiliki kepedulian sosial-budaya dalam menghadirkan kerajaan Allah di tengah masyarakat dan Gereja. Gambaran ideal ini perlu diupayakan dalam gerakan misi yang jelas yakni pendampingan bagi mahasiswa Katolik dalam dimensi kepribadian, kekatolikan, intelektual, kepedulian sosial-budaya dan keterlibatan dalam perjuangan keadilan, perdamaian serta keutuhan ciptaan. Sedangkan nilai-nilai yang mau dihidupi dalam seluruh gerak pendampingan itu adalah nilai integritas (keutuhan pribadi-Katolik), keterlibatan (partisipasi) dan transformatif.[11]
 Pertanyaannya adalah bagaimana mahasiswa Katolik dapat menghayati visi, misi dan nilai-nilai tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, strategi yang pertama-tama diupayakan adalah mendorong mahasiswa Katolik untuk melakukan siklus proses penyadaran atau pemahaman, pembatinan, perwujudan dalam hidup atau aksi strategi, dan refleksi. Selain itu dikembangkan pula sistem pendampingan yang efektif yakni integral-komprehensif, pendampingan berkelanjutan, berbasis data dan berjejaring.[12] Pendampingan mahasiswa dilakukan secara integral-komprehensif meliputi seluruh dimensi hidup antara lain: kepribadian, kekatolikan, intelektual, sosial-budaya, kewirausahaan, kepemimpinan, dan kemampuan organisasi. Pendampingan itu juga diupayakan dapat berkelanjutan dengan penyediaan tenaga pastoral, menciptakan sistem organisasi informal, kaderisasi, penyediaan sarana-prasana serta dana yang mendukung. Pendampingan yang tak kalah penting juga adalah pendampingan berbasis data dan penguatan jejaring sosial. Maksudnya bahwa jejaring sosial dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menambah wawasan iman kepada para mahasiswa katolik.
PENUTUP
Sebagai mahasiswa Katolik, kita ditantang oleh hirup-pikuknya perkembangan era globalisasi yang menawarkan informasi, produk dan gaya hidup. Dampaknya, mahasiswa Katolik dapat hanyut dalam arus global itu dan mengalami krisis spiritualitas, krisis kepemimpinan, bahkan krisis identitas (kehilangan jatidiri dan arah hidup). Krisis ini dapat membuat para mahasiswa Katolik terasing dari diri orang lain dan lingkungannya, bahkan terasing dari Tuhan. Dampak ini perlu diatasi dengan komitmen dan strategi efektif untuk mendampingi mahasiswa Katolik dalam menemukan identitas dan nilai-nilai spiritualitas dalam pengenalan personal dan komunalnya dengan Yesus yang adalah pusat dan tujuan hidup mereka. Dan yang lebih penting adalah dalam menjamurnya komunitas orang muda/mahasiswa dimana-mana, mahasiswa Katolik perlu menjadi rasul-rasul muda. Dengan kata lain mahasiswa Katolik berusaha agar dapat menjadi rasul yang memberi garam dan terang di tengah berbagai komunitas itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ø  Buku
·         Shelton, Charles. M., Menuju Kedewasaan Kristen.Yogyakarta: Kanisius,1988.
·         Shelton, Charles M., Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius,1987.
·         Tangdilintin, Philips., Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
·         Tong, Joseph., Jurnal Teologi Stulos Vol2. Bandung: STTB, 2003.
·         Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia, 2006.
Ø  Internet
·         http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/Saturday, May 12, 2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
·         http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2090806-pengertian-mahasiswa/#ixzz1ufiMXFIE. Diposting oleh Adenbagoes pada tanggal 24 Desember 2010. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.   

Ø  Traktat
·         Runtu, Lukas Ronald., Catatan kuliah spiritualitas. Seminari Pineleng, 2012.


[1] Bdk. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2090806-pengertian-mahasiswa/#ixzz1ufiMXFIE. Diposting oleh Adenbagoes pada tanggal 24 Desember 2010. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.     
[2] Bdk. http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/Saturday, May 12, 2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[3] Lih. http://budayacinta.blogspot.com/2011/02/menemukan-wajah-tuhan-dalam-dinamika.html. Diposting oleh Kristiadji Rahardjo, MSC pada bulan Februari 2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[4] Lih. Lukas Ronald Runtu., Catatan kuliah spiritualitas. Seminari Pineleng, 2012. Hlm. 4.
[5] Bdk. Charles M.Shelton SJ. Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius,1987. Hlm. 83.
[6] Bdk. Charles M. Shelton SJ., Menuju Kedewasaan Kristen.Yogyakarta: Kanisius,1988. Hlm. 20.
[7] Bdk. Joseph Tong., Jurnal Teologi Stulos Vol2. Bandung: STTB, 2003. Hlm. 65-75.
[8] Ibid. Charles M.Shelton SJ. Menuju Kedewasaan Kristen……..Hlm. 18.
[10] Drs. Philips Tangdilintin., Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius, 2008. Hal. 140-144.
[12] Ibid. Kristiadji Rahardjo, MSC

2 komentar:

  1. Ada yang suka baca Gabriel Garcia Marquez? Baca juga wawancara dengan Gabriel (imajiner) di stenote-berkata.blogspot.com Mudah-mudahan suka.

    BalasHapus
  2. casino games for real money no deposit bonus
    “no deposit bonus” 안동 출장샵 is a popular way to attract new casino players and attract new casino players 밀양 출장샵 by placing some 유로 스타 도메인 money on 여수 출장안마 them. The bonuses 과천 출장마사지 can be

    BalasHapus