“PASTORAL
MAHASISWA KATOLIK”
PENDAHULUAN
Dalam sudut
pandang agama, terdapat enam golongan mahasiswa yang terdapat di universitas-universitas
negeri dan perguruan-perguruan tinggi swasta yakni mahasiswa Islam, mahasiswa
Protestan, mahasiswa Katolik, mahasiswa Hindu, mahasiswa Budha, dan mahasiswa
Konfusius. Dari keenam golongan mahasiswa ini, penulis lebih memfokuskan
penulisan paper ini pada mahasiswa yang beragama Katolik.
Berbicara
mengenai mahasiswa Katolik, kita banyak
mendengar bahwa mereka sering disebut sebagai penerus bangsa dan Gereja yang berkualitas
dalam hidup. Mereka juga kadang disebut sebagai cerminan orang-orang Katolik di
masa yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mahasiswa Katolik
disebut sebagai penerus bangsa dan Gereja yang baik namun dalam kenyataan, ada saja
dari mereka yang tidak menggambarkan nilai-nilai pancasila, moral, dan agama?
Apakah mereka kurang mendapat pembinaan dan pendidikan iman yang baik dan
benar?
Terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini, penulis akan berusaha untuk menjawabnya dengan
mencari dan menguraikan; pertama, apa
sebenarnya yang dimaksudkan dengan mahasiswa Katolik. Kedua, Apa yang menjadi spiritualitas mahasiswa Katolik. Ketiga, bagaimana cara mendampingi atau
mendidik mahasiswa Katolik. Dengan kata lain, apakah yang menjadi metode
pembinaan bagi perkembangan mahasiswa Katolik.
I. Pengertian Mahasiswa
Secara
umum dapat diketahui bahwa mahasiswa adalah pelajar. Dalam beberapa negara,
mahasiswa ini diperuntukan bagi mereka yang berkuliah di universitas-universitas
dan sekolah-sekolah tinggi, sementara anak sekolah di bawah usia delapan belas
tahun disebut murid.[1]
Menurut peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990, mahasiswa adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa adalah
setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan
tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Dengan kata lain, mahasiswa merupakan
suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan
muda dalam suatu lapisan masyarakat.[2]
I.1.
Apa Itu Mahasiswa Katolik?
Mahasiswa Katolik adalah penerus-penerus
bangsa dan Gereja yang sementara menjalani masa kuliahnya di universitas-universitas
atau di perguruan-perguruan tinggi. Keberadaan mahasiswa Katolik ini mempunyai kaitan
integral dengan Gereja universal. Identitas Katolik dalam kemahasiswaan atau
dalam dirinya sudah jelas menunjukkan integritas.[3]
Segala aktivitas yang mereka lakukan di kampus mempunyai kaitan dengan Gereja. Dengan
kata lain, kehidupan dan kegiatan yang mereka lakukan di kampus selalu
mempunyai citra bagi Gereja Katolik. Gereja Katolik mendapat wajah yang baik
jika mahasiswa Katolik yang berada di kampus bertindak dengan baik dan benar.
Sebaliknya Gereja Katolik mendapat wajah yang tidak baik jika mahasiswa Katolik
yang berada di kampus bertindak dengan tidak baik dan tidak benar.
Dalam
kenyataan terlihat bahwa mahasiswa yang beragama Katolik kadang tidak menyadari
akan kekatolikannya sehingga membuat wajah Katolik menjadi tercoreng. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah spiritualitas yang harus dihidupi oleh
mahasiswa Katolik sehingga mereka dapat bertindak dengan baik dan benar demi
kelangsungan masyarakat kita? Hal ini akan dijawab pada bagian kedua yakni
dalam pengertian spiritualitas.
II. Pengertian Spiritualitas
Berbicara mengenai spiritualitas berarti kita dapat
menjelaskannya dalam dua cara yakni luas dan sempit.[4]
Secara luas spiritualitas menunjuk pada segala nilai etis dan religius yang
dikonkritkan sebagai suatu sikap dan semangat, dan dengan sikap dan semangat
itu mengalirlah tindakan atau aksi seseorang. Sedangkan dalam pengertian
sempit, satu-satunya spiritualitas otentik adalah spiritualitas yang berpusat
dalam Yesus Kristus dan melalui Kristus menuju pada Trinitas.
Dengan kata lain spiritualitas merupakan aspek ‘relasional’,
yaitu hubungan manusia dengan Kristus adalah yang terutama. Lawrence Kohlberg dan James Fowler
mengatakan bahwa “perspektif perkembangan
merupakan dimensi moral dan iman.”[5]
Jadi Spiritualitas perlu memanfaatkan gagasan-gagasan perkembangan untuk
meningkatkan pertumbuhan kerohanian, sehingga setiap orang dapat menyadari
bahwa panggilan untuk melayani Yesus berarti panggilan untuk mewujudkan
Kerajaan Allah. Sebagaimana halnya yang pernah disimpulkan oleh Evelyn dan James Whitehead: “Rahmat Allah dapat ditemukan dalam karya
dan struktur psikososial”.[6]
II.1. Apa Itu Spiritualitas
Mahasiswa Katolik?
Spritualitas dari mahasiswa Katolik adalah spiritualitas
yang hidup dalam semangat Yesus Kristus. Dengan kata lain mahasiswa Katolik perlu
mengembangkan spiritualitas ini dalam kegiatan-kegiatan rohani yang diberikan
oleh kampus. Hal ini tentunya merupakan suatu dorongan untuk dapat mendisiplinkan
kerohanian mahasiswa.[7]
Bagi mahasiswa Katolik, makna dan arti spiritualitas pada
hakekatnya lebih menunjuk pada jawaban masing-masing pribadi terhadap panggilan
Tuhan dan bagaimana cara masing-masing pribadi berkembang di dalam panggilan Tuhan.[8]
Konkretnya, jawaban terhadap panggilan Tuhan terjadi dalam konteks doa dan
kegiatan-kegiatan yang mewartakan kerajaan Allah antara lain; pelayanan, rekoleksi,
ibadah bersama, dan meditasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan spiritual
mahasiswa Katolik dipengaruhi oleh rasa kepercayaan pada diri sendiri, sesama
dan terhadap Allah. Komunitas dan identitas juga dapat mempengaruhinya. Jika mahasiswa
memiliki kesadaran bahwa identitas dirinya sebagai mahasiswa Katolik maka seharusnya
dia mencapai perkembangan spiritual yang tertunu dan berpusat pada Yesus
Kristus.
III. Metode Pembinaan Mahasiswa Katolik.
Dalam uraian
mengenai pengertian mahasiswa Katolik dan spiritualitas mahasiswa Katolik, kita
dapat mengetahui bahwa pembinaan pada dasarnya adalah pendampingan mahasiswa Katolik
sebagai subjek bina. Sebagai subjek bina, mahasiswa Katolik mempunyai tujuan
dan maksud hidup yakni tertuju dan berpusat pada Yesus Kristus.
Untuk mencapai tujuan
dan pusat dari mahasiswa Katolik yakni Yesus kristus, setiap pribadi mahasiswa
tentunya berusaha untuk mampu mengenal akan pribadi Yesus. Dan untuk membantu
para mahasiswa agar dapat mengenal akan pribadi Yesus itu, dibutuhkan pembina yang berkualitas antara
lain; Pastor, Frater, Suster, dan Bruder. KHK Kanon 813 menegaskan agar; “Uskup diosesan hendaknya sungguh-sungguh
memperhatikan reksa pastoral bagi para mahasiswa, juga dengan mendirikan paroki
khusus atau sekurang-kurangnya dengan mengangkat secara tetap imam-imam untuk
tugas itu, dan hendaknya ia berusaha agar di universitas-universitas, juga yang
tidak Katolik, didirikan pusat-pusat kegiatan Katolik tingkat universitas, yang
memberi bantuan kepada kaum muda, lebih-lebih di bidang rohani.” Di
keuskupan Purwokerto telah mewujudkan
perhatiannya kepada mahasiswa Katolik dengan memberikan tenaga pastoral dan
berbagai sarana (fasilitas serta dana) bagi pendampingan mahasiswa Katolik. Sedangkan
di
Surakarta sendiri telah melakukan hal ini dengan memilih satu Pastor sebagai Pastor
paroki mahasiswa yakni romo. Roni, SJ.[9]
Seorang Pembina
yakni Pastor atau Frater lewat berbagai cara kreatif harus membantu mahasiswa Katolik
dalam mempertanyakan, merumuskan, dan mengungkapkan problematika mereka.
Merefleksikannya dalam terang Sabda atau Ajaran Sosial Gereja untuk menemukan
makna baru. Penemuan makna atau nilai-nilai itulah yang disebut sebagai tujuan
atau sasaran pembinaan. Berbagai cara atau bentuk kerja didaktis untuk mencapai
tujuan atau sasaran kegiatan pembinaan itulah yang disebut sebagai metode
pembinaan. Metode yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan mahasiswa
adalah metode eksperiensial.[10] Dasar
dari metode ini bahwa pengalaman merupakan guru yang terbaik. Namun bukan
berarti semua pengalaman bisa menjadi guru yang baik. Guru yang baik adalah
pengalaman yang diolah dan direfleksikan untuk menemukan arti, nilai, dan pesan
yang tersirat di dalamnya.
Pendampingan
mahasiswa Katolik perlu juga memiliki arah atau visi yang jelas. Misalnya perlu
membangun mahasiswa yang berkarakter, beriman dewasa, berintelektualitas unggul
dan memiliki kepedulian sosial-budaya dalam menghadirkan kerajaan Allah di
tengah masyarakat dan Gereja. Gambaran ideal ini perlu diupayakan dalam gerakan
misi yang jelas yakni pendampingan bagi mahasiswa Katolik dalam dimensi
kepribadian, kekatolikan, intelektual, kepedulian sosial-budaya dan keterlibatan dalam perjuangan
keadilan, perdamaian serta keutuhan ciptaan. Sedangkan nilai-nilai yang mau
dihidupi dalam seluruh gerak pendampingan itu adalah nilai integritas (keutuhan
pribadi-Katolik), keterlibatan (partisipasi) dan transformatif.[11]
Pertanyaannya adalah bagaimana mahasiswa Katolik
dapat menghayati visi, misi dan nilai-nilai tersebut? Untuk menjawab pertanyaan
ini, strategi yang pertama-tama diupayakan adalah mendorong mahasiswa Katolik untuk
melakukan siklus proses penyadaran atau pemahaman, pembatinan, perwujudan dalam
hidup atau aksi strategi, dan refleksi. Selain itu dikembangkan pula sistem pendampingan
yang efektif yakni integral-komprehensif, pendampingan berkelanjutan, berbasis
data dan berjejaring.[12]
Pendampingan mahasiswa dilakukan secara integral-komprehensif meliputi seluruh
dimensi hidup antara lain: kepribadian, kekatolikan, intelektual, sosial-budaya,
kewirausahaan, kepemimpinan, dan kemampuan organisasi. Pendampingan itu juga
diupayakan dapat berkelanjutan dengan penyediaan tenaga pastoral, menciptakan
sistem organisasi informal, kaderisasi, penyediaan sarana-prasana serta dana
yang mendukung. Pendampingan yang tak kalah penting juga adalah pendampingan
berbasis data dan penguatan jejaring sosial. Maksudnya bahwa jejaring sosial
dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menambah wawasan iman kepada para
mahasiswa katolik.
PENUTUP
Sebagai
mahasiswa Katolik, kita ditantang oleh hirup-pikuknya perkembangan era
globalisasi yang menawarkan informasi, produk dan gaya hidup. Dampaknya, mahasiswa
Katolik dapat hanyut dalam arus global itu dan mengalami krisis spiritualitas,
krisis kepemimpinan, bahkan krisis identitas (kehilangan jatidiri dan arah
hidup). Krisis ini dapat membuat para mahasiswa Katolik terasing dari diri
orang lain dan lingkungannya, bahkan terasing dari Tuhan. Dampak ini perlu
diatasi dengan komitmen dan strategi efektif untuk mendampingi mahasiswa Katolik
dalam menemukan identitas dan nilai-nilai spiritualitas dalam pengenalan
personal dan komunalnya dengan Yesus yang adalah pusat dan tujuan hidup mereka.
Dan yang lebih penting adalah dalam menjamurnya komunitas orang muda/mahasiswa
dimana-mana, mahasiswa Katolik perlu menjadi rasul-rasul muda. Dengan kata lain
mahasiswa Katolik berusaha agar dapat menjadi rasul yang memberi garam dan
terang di tengah berbagai komunitas itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Buku
·
Shelton, Charles. M., Menuju Kedewasaan Kristen.Yogyakarta:
Kanisius,1988.
·
Shelton, Charles M., Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta:
Kanisius,1987.
·
Tangdilintin, Philips., Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta:
Kanisius, 2008.
·
Tong, Joseph., Jurnal Teologi Stulos Vol2. Bandung: STTB, 2003.
·
Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris
Canonici). Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia, 2006.
Ø Internet
·
http://budayacinta.blogspot.com/2011/02/menemukan-wajah-tuhan-dalam-dinamika.html.
Diposting oleh Kristiadji Rahardjo,
MSC pada bulan februari 2012. Diunduh pada tanggal 17
Mei 2012.
·
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/Saturday,
May 12, 2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
·
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2090806-pengertian-mahasiswa/#ixzz1ufiMXFIE.
Diposting oleh Adenbagoes
pada tanggal 24
Desember
2010.
Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
·
http://komapo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=210%3Apmkri-surakarta-gelartemu-mahasiswa-katolik&catid=25%3Aberita&Itemid=28.
Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
Ø Traktat
·
Runtu, Lukas Ronald., Catatan kuliah spiritualitas. Seminari
Pineleng, 2012.
[1] Bdk. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2090806-pengertian-mahasiswa/#ixzz1ufiMXFIE. Diposting oleh
Adenbagoes pada tanggal 24 Desember 2010.
Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[2]
Bdk. http://definisipengertian.com/2011/pengertian-mahasiswa/Saturday, May 12,
2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[3]
Lih. http://budayacinta.blogspot.com/2011/02/menemukan-wajah-tuhan-dalam-dinamika.html.
Diposting oleh Kristiadji Rahardjo,
MSC pada bulan Februari 2012. Diunduh pada tanggal 17
Mei 2012.
[4] Lih. Lukas Ronald Runtu., Catatan kuliah spiritualitas. Seminari
Pineleng, 2012. Hlm. 4.
[5] Bdk. Charles M.Shelton SJ. Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius,1987.
Hlm. 83.
[6]
Bdk. Charles M. Shelton SJ., Menuju
Kedewasaan Kristen.Yogyakarta: Kanisius,1988. Hlm. 20.
[7] Bdk. Joseph Tong., Jurnal Teologi Stulos Vol2. Bandung:
STTB, 2003. Hlm. 65-75.
[8] Ibid. Charles M.Shelton SJ. Menuju Kedewasaan Kristen……..Hlm. 18.
[9]
Lih. http://komapo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=210%3Apmkri-surakarta-gelartemu-mahasiswa-katolik&catid=25%3Aberita&Itemid=28.
Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[10] Drs. Philips Tangdilintin., Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta:
Kanisius, 2008. Hal. 140-144.
[11] Lih. http://budayacinta.blogspot.com/2011/02/menemukan-wajah-tuhan-dalam-dinamika.html. Diposting oleh Kristiadji Rahardjo, MSC pada bulan februari 2012. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2012.
[12]
Ibid. Kristiadji Rahardjo,
MSC
Ada yang suka baca Gabriel Garcia Marquez? Baca juga wawancara dengan Gabriel (imajiner) di stenote-berkata.blogspot.com Mudah-mudahan suka.
BalasHapuscasino games for real money no deposit bonus
BalasHapus“no deposit bonus” 안동 출장샵 is a popular way to attract new casino players and attract new casino players 밀양 출장샵 by placing some 유로 스타 도메인 money on 여수 출장안마 them. The bonuses 과천 출장마사지 can be