Jumat, 25 Mei 2012

EKARISTI SEBAGAI KORBAN


EKARISTI SEBAGAI KORBAN


PENDAHULUAN
 “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Ibrani 9:28)
Dalam realitas, kita melihat bahwa kadang setiap orang merasa malas atau cuek untuk membentuk pemahaman yang benar akan Ekaristi, membangun rasa cinta akan Ekaristi, membiasakan diri dalam merayakan Ekaristi dan mengamalkan Ekaristi. Untuk menjawab kemalasan ini, penulis memilih untuk membuat paper dengan judul Ekaristi sebagai korban. Dalam penjelasannya, penulis akan berusaha untuk menginventaris teks-teks yang berbicara mengenai korban serta berusaha untuk melihat maksud dari teks-teks tersebut. Selain itu, penulis juga akan berusaha untuk mendalami dan merefleksikan Ekaristi sebagai korban dalam kaitan dengan umat kristiani secara khusus para imam dan calon imam.

I.       DATA-DATA KORBAN DALAM KITAB SUCI
I.1.  Korban Dalam Perjanjian Lama
Kejadian 4:4-5 “Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya: maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”
Kejadian 8:20 “lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.”
Kejadian 22:7 “lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: Bapa. Sahut Abraham: ya anakku. Bertanyalah ia: Di sini sudah ada api dan kayu tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu.”
Kejadian 35:14 “kemudian Yakub mendirikan tuguh di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.”
Keluaran 18:12 “dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah.”
Keluaran 29:28 “itulah yang menjadi bagian untuk Harun dan anak-anaknya menurut ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel, sebab inilah suatu persembahan khusus, maka haruslah itu menjadi persembahan khusus dari pihak orang Israel, yang diambil dari korban keselamatan mereka, dan menjadi persembahan khusus mereka bagi Tuhan.”
Keluaran 29:42 “suatu korban bakaran yang tetap di antara kamu turun-temurun, di depan pintu kemah pertemuan di hadapan Tuhan. Sebab di sana aku akan bertemu dengan kamu, untuk berfirman kepadamu.”
Keluaran 34:15 “janganlah engkau sampai mengadakan perjanjian dengan penduduk negeri itu; apabila mereka berzinah dengan mengikuti Allah mereka dan mempersembahkan korban kepada Allah mereka, maka mereka akan mengundang engkau dan engkau akan ikut makan korban sembelihan mereka.”
Imamat 1:3-4 “jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus mebawanya ke pintu kemah pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian baginya.”
Imamat 1:13 “isi perut dan betisnya haruslah dibasuhnya dengan air bahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan.”
Imamat 3:1 “jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan maka jikalau yang dpersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina haruslah ia membawa yang tidak bercela ke hadapan Tuhan.”
Imamat 4:3 “maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa.”
Imamat 4:20 “beginilah harus diperbuatnya dengan lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan lembu jantan korban penghapus dosa, demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu itu. Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka menerima pengampunan.”
Imamat 19:5 “apabila kamu mempersembahkan korban keselamatan kepada Tuhan, kamu harus mempersembahkannya sedemikian, hingga Tuhan berkenan akan kamu.”
1Raja-Raja 8:63 “sebagai korban keselamatannya kepada Tuhan, Salomo mempersembahkan dua puluh dua ribu ekor lembu sapi dan seratus dua puluh ribu ekor kambing domba. Demikianlah raja dan segenap Israel mentahbiskan rumah Tuhan itu.”
2 Raja-Raja 10:19 “oleh sebab itu, panggillah menghadap aku semua nabi Baal, semua orang yang beribadah kepadanya dan semua imamnya, seorang pun tidak boleh tidak hadir, sebab aku hendak mempersembahkan korban yang besar kepada Baal. Setiap orang yang tidak hadir tidak akan tinggal hidup. Tetapi perbuatan ini adalah akan Tehu supaya ia membinasakan orang-orang yang beribadah kepada Baal.”
Ezra 3:4 “mereka juga mengadakan hari raya pondok daun, sesuai dengan yang ada tertulis, dan mempersembahkan korban bakaran hari demi hari menurut jumlah yang sesuai dengan peraturan, yakni setiap hari menurut yang ditetapkan untuk hari itu.”
Mzm 16:4 “bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku.”
Mzm 40:7 “engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak engkau tuntut.”
Mzm 106:37 “mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat.”
Mzm 107:22 “biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan perkerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai.”
Amsal 14:9 “orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.”
Yeremia 7:21 “beginilah firman Tuhan semesta, Allah Israel: Tambah sajalah korban bakaranmu kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya.”
Yehezkiel 39:17 “dan engkau anak manusia, beginilah fiman Tuhan Allah: katakanlah kepada segala jenis burung-burung dan segala binatang buas: berkumpullah kamu dan datanglah, berhimpunlah kamu dari segala penjuru pada perjamuan korban yang besar di atas gunung-gunung Israel; kamu akan makan daging dan minum darah.”
Hosea 6:6 “sebab Aku menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”
Hosea 8:13 “mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi Tuhan tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!”
Amos 5:22 “sungguh apabila kamu memepersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.”
Zefanya 1:7 “berdiamlah dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari Tuhan sudah dekat. Sungguh Tuhan telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya.”
Mikha 6:6 “dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?”
Maleakhi 3:3 “Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan.”

I.2.   Korban Dalam Perjanjian Baru
Markus 7:11 “tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah.”
Markus 12:33 “memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”
Lukas 2:24 “dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”
Lukas 13:1 “pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.”
2 Kor 12:15 “karena aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?”
Efesus 5:2 “dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah meyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Filipi 4:18 “kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.”
Ibrani 5:1 “Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.”
Ibrani 7:27 “yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.”
Ibrani 8:3 “Sebab setiap imam besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.”
Ibrani 9:26 “Sebab jika demikian, Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.”
Ibrani 9:28 “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Ibrani 10:1 “di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.”
Ibrani 10:12 “tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah.”
Ibrani 10:18 “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.”
Ibrani 10:26 “sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.”
Ibrani 11:4 “karena imam Hagel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.”
Ibrani 13:16 “dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.”
Wahyu 14:4 “mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.”

II.                 MAKNA EKARISTI SEBAGAI KORBAN
II.1       Makna Ekaristi Sebagai Korban Dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama dapat dikatakan bahwa korban selalu berkaitan dengan hewan. Hewan dikorbankan sebagai lambang atau simbol persembahan kepada Allah untuk memuliakan Dia (korban sajian dan korban minuman), untuk memelihara persekutuan dengan Dia (korban bakaran , korban keselamatan dan korban pujian), untuk menebus dosa dan kesalahan (korban penghapus dosa, korban penebus salah). Pada waktu pentahbisan imam ada persembahan unjukan dan persembahan khusus (bdk. Im. 1-7; Kel. 29:24-28). Korban adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah (bdk. Imamat 19:5), bukan karena umat bermaksud untuk meminta balasan berdasarkan korban yang sudah diberikan, melainkan korban itu adalah korban sukarela kepada Allah juga sebagai tebusan atas pelanggaran umat kepada Allah (bdk. Imamat 4:20). Yang menjadi arti dasar dari korban  adalah penebusan atau pendamaian (bdk. Imamat 1:4). Tindakan pendamaian mempunyai hubungan dengan sistem persembahan untuk menyelesaikan masalah dosa atau pelanggaran (bdk. Im 4:3). Dengan demikian maka korban-korban yang dibuat oleh bangsa Israel menjadi pengganti akan kehidupan kedosaan mereka.
 korban mempunyai arti atau makna yang sangat penting bagi bangsa Israel.  Hal ini digambarkan dalam kitab Keluaran 29:28 “itulah yang menjadi bagian untuk Harun dan anak-anaknya menurut ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel, sebab inilah suatu persembahan khusus, maka haruslah itu menjadi persembahan khusus dari pihak orang Israel, yang diambil dari korban keselamatan mereka, dan menjadi persembahan khusus mereka bagi Tuhan”. Korban bagi bangsa Israel merupakan tanda keselamatan atau penghapusan dosa. Dalam Imamat 4:3 tertulis bahwa; “maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa”.
Namun bukan berarti bahwa semua korban yang telah dipersembahkan oleh bangsa Israel dapat membawa penghapusan dosa bagi mereka. Mikha 6:6 menuliskan bahwa; dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?”. Terhadap ayat ini, Amos 5:22 menuliskan bahwa; “sungguh apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang”.
Dalam kitab Imamat 19:5 melukiskan bahwa; agar Tuhan berkenan terhadap korban persembahanmu, kamu harus mempersembahkan sedemikian; korban bakaran dari lembu, haruslah seekor jantan yang tidak bercela. Harus membawanya ke pintu kemah pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenankan untuk mengadakan pendamaian baginya (Imamat 1:3-4). Isi perut dan betisnya haruslah dibasuhnya dengan air bahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan (Imamat 1:13). Dan jika yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa (Imamat 4:3). Terhadap persembahan itu maka imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka menerima pengampunan (Imamat 4:20).
Dengan demikian, dengan persembahan korban maka manusia secara khusus bangsa Israel mempunyai kesempatan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan. Dan melalui korban persembahan maka setiap orang secara khusus bangsa Israel menerima penghapusan dosa atau penebusan tetapi itu hanya sementara karena korban selalu dibuat selama satu tahun. Namun korban persembahan merupakan sesuatu hal yang penting dan sangat ditekankan dalam Perjanjian Lama.

II.2       Makna Ekaristi Sebagai Korban Dalam Perjanjian Baru
Berbeda dengan Perjanjian Lama, rasul Paulus menulis surat kepada orang Ibrani 9:28 bahwa demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya (Ibrani 10:1). Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah (Ibrani 10:12). Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa (Ibrani 10:18). Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu (Ibrani 10:26). Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya sebagai korban penebus dosa. Jemaat Kristen dianjurkan untuk berkorban atas dasar perbuatan Yesus itu (Rm. 12:1), khususnya mempersembahkan korban pujian (Ibr. 13:15). Injil Markus 12:33 melukiskan bahwa jauh lebih utama mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan seperti yang difirmankan dalam hukum Taurat yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati (Lukas 2:24). Dengan demikian 2 Kor 12:15 menegaskan bahwa karena Yesus suka mengorbankan miliknya dan bahkan mengorbankan diri-Nya maka kita perlu untuk mengasihi-Nya. “dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah” (Ibrani 13:16). Hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah meyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Efesus 5:2).
Dalam Ibrani 9:26 dijelaskan bahwa Yesus hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh koban-Nya. Oleh karena itu setiap imam besar yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa (Ibrani 5:1; 8:3). Sedangkan yang tidak seperti imam-imam besar lain, haruslah mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah dosa umatnya (Ibrani 7:27).

III.             EKARISTI SEBAGAI KORBAN
Dengan landasan biblis yang telah dijelaskan di atas maka kita dapat mengatakan bahwa ekaristi adalah korban persembahan. Korban berarti suatu tanda perdamaian[1], keselamatan atau penghapusan dosa.[2] Korban dapat juga diartikan sebagai pengganti nyawa dimana dapat dilihat bahwa kebanyakan dari korban persembahan selalu dicurahkan darahnya. Dalam hal ini, darah dilihat sebagai pengganti nyawa atau sebagai tebusan atas orang yang beribadah yang diterima Allah.[3] Korban adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah bukan karena umat bermaksud untuk meminta balasan berdasarkan korban yang sudah diberikan, melainkan korban itu adalah korban sukarela kepada Allah, juga sebagai tebusan atas pelanggaran umat kepada Allah. Namun untuk mendapat berkat keselamatan atau penghapusan dosa, orang-orang Israel harus mempersembahkan sedemikian; korban bakaran dari lembu, haruslah seekor jantan yang tidak bercela. Harus membawanya ke pintu kemah pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenankan untuk mengadakan pendamaian baginya. Isi perut dan betisnya haruslah dibasuhnya dengan air bahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan. Dan jika yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa.
Dalam kaitan dengan Ekaristi, korban merupakan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus yang berkorban demi keselamatan seluruh umat manusia.[4] Korban Tuhan Yesus bersifat kekal atau selamanya.[5] Hal ini menandakan bahwa Allah menghendaki agar manusia tidak binasa. Korban Kristus yang dipersembahkan oleh Allah merupakan tuntutan keadilan Allah yang dinyatakan untuk penyelesaian dosa manusia.
Dengan demikian sebagai korban, Ekaristi merupakan perayaan keselamatan dan penghapusan dosa. Yesus hadir secara nyata melalui perayaan Ekaristi untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.[6]

IV.             RELEVANSI
IV.1.     Makna Ekaristi Sebagai “Korban” Bagi Kehidupan Masyarakat
 Dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada begitu banyak teks yang berbicara mengenai “korban”. Di antaranya teks  Ibrani 9:26 menceritakan bahwa Yesus hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa manusia oleh korban-Nya. Oleh karena itu setiap imam besar yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa manusia (Ibrani 5:1; 8:3). Teks ini hendak menjelaskan bahwa di dalam perayaan Ekaristi terdapat perayaan korban tidak berdarah yang dapat menyelamatkan umat manusia dari dosa. Dengan keselamatan umat manusia, Yesus mengorbankan diri-Nya sehingga para imam sebagai pengganti-Nya ditugaskan untuk melanjutkan korban atau perayaan Ekaristi yang yang menyelamatkan itu. Kita sebagai pengikut-Nya, perlu juga untuk berkorban bagi sesama. Ibrani 13:16 menegaskan bahwa janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.

IV.2. Makna Ekaristi Sebagai “Korban” Bagi Diri Saya
Berkorban merupakan sesuatu yang terkadang sulit dilakukan oleh banyak orang. Setiap orang kadang tidak berkorban dengan tulus hati. Kain dalam Kejadian 4:4-5 tidak memberikan korban kepada Tuhan dengan tulus hati sehingga Tuhan tidak mengindahkan korbannya. Habel adiknya karena memberikan korban persembahan dengan tulus hati sehingga Tuhan mengindahkan korbannya. Korbannya adalah anak sulung kambing domba yakni lemak-lemaknya.
Sebagai seorang calon imam, saya sadar bahwa terkadang saya tidak berkorban secara tulus kepada teman-temanku. Yesus hendak menunjukan bahwa dengan sungguh-sungguh Dia mengorbankan diri-Nya demi keselamatan banyak orang. Korban adalah suatu tanda pengorbanan dari Kristus yang telah menyelamatkan umat manusia dari dosa. Rasul Paulus mengatakan dalam suratnya kepada jemaat di Efesus bahwa kita harus hidup di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kita dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Efesus 5:2). Semoga dengan makna korban dari Yesus Kristus, saya semakin mementingkan kepentingan orang lain. Dalam hal ini, sebagai seorang calon imam, saya akan berupaya untuk selalu berkorban bagi sesama dalam segala aktivitas. Selalu rajin dalam mengikuti perayaan Ekaristi.

PENUTUP
Dengan melihat teks-teks yang berbicara mengenai korban persembahan maka ditemukan bahwa seluruh korban dalam Perjanjian Lama menunjuk pada satu korban yang ada dalam Perjanjian Baru yakni Yesus Kristus, yang selama-lamanya menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Dengan demikian sebagai korban persembahan, perayaan Ekaristi merupakan suatu perayaan keselamatan dan penghapusan dosa. Yesus hadir secara nyata melalui perayaan ekaristi untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Thomas. P. Rausch dalam buku katolisisme mengatakan bahwa “Melalui pengkisahan dan upacara, Doa Ekaristi menghadirkan atau mengenang korban Kristus di salib, sehingga dalam arti yang sesungguhnya ibadat Ekaristi Gereja menghadirkan penyerahan diri Kristus kepada Allah”.

DAFTAR PUSTAKA
·               Niftrik, G.C-B.J. Boland., Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
·               Rausch Thomas, P., Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
·               Singgih, Emanuel, Gerrit., Berteologi Dalam Konteks. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
·               Veldhuis, Henri., Kutahu Yang Kupercaya (Sebuah Penjelasan Tentang Iman Kristen). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.


[1] Pada perjamuan Kudus diberitakan kepada kita, bahwa Korban yang satu-satunya telah dipersembahkan satu kali, di bukit Golgota, dan bahwa hasilnya pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah yang berlaku untuk selama-lamanya dan menjadi realita dalam hidup kita ini oleh perkerjaan Roh Kudus. Dr. G.C. van Niftrik-Dr.B.J. Boland., Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008. Hlm.460
[2] Karya pendamaian korban tidak dalam persembahan total hidup kita kepada Allah. Allah tidak meminta supaya kita menghancurkan hidup kita, tetapi untuk menyerahkannya sepenuhnya supaya Ia dapat menyelamatkan dan memulihkannya. Makna korban tidak terletak dalam penderitaan, yang kita sanggupi untuk kita tanggung dan kita ambil risikonya, tetapi dalam hidup dan relasi yang ingin kita selamatkan dan pulihkan dengan itu. Henri, Veldhuis., Kutahu Yang Kupercaya (Sebuah Penjelasan Tentang Iman Kristen). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005. Hlm 126
[3] Dalam perjanjian Lama dan dalam kematian Yesus pernah dipertanyakan secara sinis apakah Allah “senang melihat darah”. Dalam korban dosa dan korban salah memang darah dikorbankan, tetapi bukan Karena Allah senang melihat penghancuran kehidupan. Seperti dikatakan, darah bagi orang Israel adalah pendukung kehidupan. Dalam korban bukan kematian atau penghancuran yang dipersembahkan, melainkan hidup kita. Henri, Veldhuis.,……………Hlm 126
[4] Sakramen Ekaristi (Perjamuan Kudus) memperingati Korban Kristus. Pertentangan yang biasanya kita dengar adalah di antara korban yang sekali untuk selamanya dan korban yang terjadi saat Ekaristi dirayakan. Yang Kristus lakukan di Golgota memang adalah korban yang berlaku sekali untuk selamanya, tetapi di dalam setiap perayaan Ekaristi kita menghayati kembali karya Kristus, melibatkan diri di dalam karya keselamatan Kristus, masuk dalam cerita tentang Yesus dan karya-Nya (menonton saja) sehingga kita mengalami sesuatu yang di dalam ilmu agama disebut aktualisasi. Kalau orang menyadari akan aktualisasi maka kehadiran Yesus memang tidak sama seperti Dia mengadakan perjamuan Kudus. Dia sudah naik ke surga dan akan datang lagi. Dalam Ekaristi, perspektif eskatologis ini harus tetap kita pegang. Emanuel, Gerrit, Singgih, Ph.D., Berteolgi Dalam Konteks . Yogyakarta: Kanisius, 2000. Hlm 52-53
[5] Dan di dalam Ekaristi, Kristus sendiri muncul pula di atas altar (tempat Korban), yaitu dalam bentuk roti dan anggur. Sebagaimana Maria telah melahirkan Anak Allah, sehingga Dia yang berada di surga turun ke bumi, demikianlah Kristus berupa Ekaristi dibuat menjadi harus di atas altar dengan perantaraan imam. Sebab itu Ekaristi adalah sebagai ulangan dari Korban yang dipersembahkan di Golgota. Dapat juga dikatakan: di dalam Ekaristi itu “Korban abadi” yang dipersembahkan di Golgota dilanjutkan dan berlangsung terus. Ataupun: “Korban abadi” itu “dihadirkan” atau diwujudkan kembali realitas sesaat ini di atas altar sana. Dr. G.C. van Niftrik-Dr.B.J. Boland…….. Hlm 459
[6] Melalui pengkisahan dan upacara, Doa Ekaristi menghadirkan atau mengenang korban Kristus di salib, sehingga dalam arti yang sesungguhnya ibadat Ekaristi Gereja menghadirkan penyerahan diri Kristus kepada Allah. Konsep anamnesis atau pengenangan merupakan hal yang sangat penting di sini. Dalam bahasa lebih tradisional, orang-orang Katolik telah menggambarkan Ekaristi sebagai pengulangan korban salib “dengan cara yang tidak berdarah”. Teologi zaman ini kadang-kadang membicarakan Ekaristi sebagai sakramen korban Kristus, dengan membuat korban Kristus secara sakramental, dan oleh karena itu nyata, hadir dalam ibadat Gereja. Thomas P. Rausch., Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius, 2001. Hlm 157

Tidak ada komentar:

Posting Komentar