EKARISTI SEBAGAI
KORBAN
PENDAHULUAN
“demikian
pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang
menantikan Dia” (Ibrani 9:28)
Dalam realitas, kita melihat bahwa kadang setiap
orang merasa malas atau cuek untuk membentuk pemahaman yang benar akan Ekaristi,
membangun rasa cinta akan Ekaristi, membiasakan diri dalam merayakan Ekaristi dan
mengamalkan Ekaristi. Untuk menjawab kemalasan ini, penulis memilih untuk
membuat paper dengan judul Ekaristi sebagai korban. Dalam penjelasannya,
penulis akan berusaha untuk menginventaris teks-teks yang berbicara mengenai
korban serta berusaha untuk melihat maksud dari teks-teks tersebut. Selain itu,
penulis juga akan berusaha untuk mendalami dan merefleksikan Ekaristi sebagai
korban dalam kaitan dengan umat kristiani secara khusus para imam dan calon
imam.
I. DATA-DATA
KORBAN DALAM KITAB SUCI
I.1. Korban
Dalam Perjanjian Lama
Kejadian 4:4-5 “Habel juga
mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni
lemak-lemaknya: maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain
menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”
Kejadian 8:20 “lalu Nuh
mendirikan mezbah bagi Tuhan; dari segala binatang yang tidak haram dan dari
segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia
mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.”
Kejadian 22:7 “lalu berkatalah
Ishak kepada Abraham, ayahnya: Bapa. Sahut Abraham: ya anakku. Bertanyalah ia:
Di sini sudah ada api dan kayu tetapi di manakah anak domba untuk korban
bakaran itu.”
Kejadian 35:14 “kemudian Yakub
mendirikan tuguh di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban
curahan dan menuangkan minyak di atasnya.”
Keluaran 18:12 “dan Yitro,
mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi
Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama
dengan mertua Musa di hadapan Allah.”
Keluaran 29:28 “itulah yang
menjadi bagian untuk Harun dan anak-anaknya menurut ketetapan yang berlaku
untuk selama-lamanya bagi orang Israel, sebab inilah suatu persembahan khusus,
maka haruslah itu menjadi persembahan khusus dari pihak orang Israel, yang
diambil dari korban keselamatan mereka, dan menjadi persembahan khusus mereka
bagi Tuhan.”
Keluaran 29:42 “suatu korban
bakaran yang tetap di antara kamu turun-temurun, di depan pintu kemah pertemuan
di hadapan Tuhan. Sebab di sana aku akan bertemu dengan kamu, untuk berfirman
kepadamu.”
Keluaran 34:15 “janganlah
engkau sampai mengadakan perjanjian dengan penduduk negeri itu; apabila mereka
berzinah dengan mengikuti Allah mereka dan mempersembahkan korban kepada Allah
mereka, maka mereka akan mengundang engkau dan engkau akan ikut makan korban
sembelihan mereka.”
Imamat 1:3-4 “jikalau
persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan
seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus mebawanya ke pintu kemah pertemuan,
supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas
kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk
mengadakan pendamaian baginya.”
Imamat 1:13 “isi perut dan
betisnya haruslah dibasuhnya dengan air bahkan oleh imam dan dibakar di atas
mezbah: itulah korban bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan
bagi Tuhan.”
Imamat 3:1 “jikalau
persembahannya merupakan korban keselamatan maka jikalau yang dpersembahkannya
itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina haruslah ia membawa yang tidak
bercela ke hadapan Tuhan.”
Imamat 4:3 “maka jikalau
yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah,
haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya
itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa.”
Imamat 4:20 “beginilah
harus diperbuatnya dengan lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan
lembu jantan korban penghapus dosa, demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu
itu. Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga
mereka menerima pengampunan.”
Imamat 19:5 “apabila kamu
mempersembahkan korban keselamatan kepada Tuhan, kamu harus mempersembahkannya
sedemikian, hingga Tuhan berkenan akan kamu.”
1Raja-Raja 8:63 “sebagai korban
keselamatannya kepada Tuhan, Salomo mempersembahkan dua puluh dua ribu ekor
lembu sapi dan seratus dua puluh ribu ekor kambing domba. Demikianlah raja dan
segenap Israel mentahbiskan rumah Tuhan itu.”
2 Raja-Raja
10:19
“oleh sebab itu, panggillah menghadap aku semua nabi Baal, semua orang yang
beribadah kepadanya dan semua imamnya, seorang pun tidak boleh tidak hadir,
sebab aku hendak mempersembahkan korban yang besar kepada Baal. Setiap orang
yang tidak hadir tidak akan tinggal hidup. Tetapi perbuatan ini adalah akan
Tehu supaya ia membinasakan orang-orang yang beribadah kepada Baal.”
Ezra 3:4 “mereka juga
mengadakan hari raya pondok daun, sesuai dengan yang ada tertulis, dan
mempersembahkan korban bakaran hari demi hari menurut jumlah yang sesuai dengan
peraturan, yakni setiap hari menurut yang ditetapkan untuk hari itu.”
Mzm 16:4 “bertambah
besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut
mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan
menyebut-nyebut nama mereka di bibirku.”
Mzm 40:7 “engkau tidak
berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi engkau telah
membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak engkau tuntut.”
Mzm 106:37 “mereka
mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada
roh-roh jahat.”
Mzm 107:22 “biarlah mereka
mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan perkerjaan-pekerjaan-Nya dengan
sorak-sorai.”
Amsal 14:9 “orang bodoh
mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.”
Yeremia 7:21 “beginilah
firman Tuhan semesta, Allah Israel: Tambah sajalah korban bakaranmu kepada
korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya.”
Yehezkiel 39:17 “dan engkau
anak manusia, beginilah fiman Tuhan Allah: katakanlah kepada segala jenis
burung-burung dan segala binatang buas: berkumpullah kamu dan datanglah,
berhimpunlah kamu dari segala penjuru pada perjamuan korban yang besar di atas
gunung-gunung Israel; kamu akan makan daging dan minum darah.”
Hosea 6:6 “sebab Aku
menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan
Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”
Hosea 8:13 “mereka
mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya;
tetapi Tuhan tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan
mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!”
Amos 5:22 “sungguh
apabila kamu memepersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban
sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun,
Aku tidak mau pandang.”
Zefanya 1:7 “berdiamlah
dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari Tuhan sudah dekat. Sungguh Tuhan
telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya.”
Mikha 6:6 “dengan apakah
aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat
tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak
lembu berumur setahun?”
Maleakhi 3:3 “Ia akan duduk
seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang
Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi
orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan.”
I.2. Korban
Dalam Perjanjian Baru
Markus 7:11 “tetapi kamu berkata:
Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu
persembahan kepada Allah.”
Markus 12:33 “memang
mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan
segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah
jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”
Lukas 2:24 “dan untuk mempersembahkan
korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung
tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”
Lukas 13:1 “pada waktu itu
datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang
Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka
persembahkan.”
2 Kor 12:15 “karena aku
suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku
sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?”
Efesus 5:2 “dan hiduplah
di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
meyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah.”
Filipi 4:18 “kini aku telah
menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku
berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu
persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada
Allah.”
Ibrani 5:1 “Sebab setiap
imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam
hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban
karena dosa.”
Ibrani 7:27 “yang tidak
seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban
untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu
telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan
diri-Nya sendiri sebagai korban.”
Ibrani 8:3 “Sebab setiap
imam besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena
itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.”
Ibrani 9:26 “Sebab jika
demikian, Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi
sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk
menghapuskan dosa oleh korban-Nya.”
Ibrani 9:28 “demikian pula
Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak
orang. Sesudah itu ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung
dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Ibrani 10:1 “di dalam hukum
Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan
bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama,
yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin
menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.”
Ibrani 10:12 “tetapi Ia,
setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, ia duduk untuk
selama-lamanya di sebelah kanan Allah.”
Ibrani 10:18 “Jadi apabila
untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban
karena dosa.”
Ibrani 10:26 “sebab jika
kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.”
Ibrani 11:4 “karena imam
Hagel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada
korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia
benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih
berbicara, sesudah ia mati.”
Ibrani 13:16 “dan janganlah
kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang
demikianlah yang berkenan kepada Allah.”
Wahyu 14:4 “mereka adalah orang-orang
yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni
sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu
ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban
sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.”
II.
MAKNA EKARISTI SEBAGAI KORBAN
II.1 Makna Ekaristi Sebagai Korban Dalam
Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama dapat dikatakan bahwa korban
selalu berkaitan dengan hewan. Hewan dikorbankan sebagai lambang atau simbol
persembahan kepada Allah untuk memuliakan Dia (korban sajian dan korban
minuman), untuk memelihara persekutuan dengan Dia (korban bakaran , korban
keselamatan dan korban pujian), untuk menebus dosa dan kesalahan (korban
penghapus dosa, korban penebus salah). Pada waktu pentahbisan imam ada
persembahan unjukan dan persembahan khusus (bdk. Im. 1-7; Kel. 29:24-28). Korban adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah (bdk. Imamat
19:5), bukan karena umat bermaksud untuk meminta
balasan berdasarkan korban yang sudah diberikan, melainkan korban itu adalah
korban sukarela kepada Allah juga sebagai tebusan atas pelanggaran umat kepada
Allah (bdk. Imamat
4:20). Yang menjadi arti dasar dari
korban adalah penebusan atau pendamaian
(bdk. Imamat 1:4). Tindakan pendamaian mempunyai hubungan dengan sistem
persembahan untuk menyelesaikan masalah dosa atau pelanggaran (bdk. Im 4:3).
Dengan demikian maka korban-korban yang dibuat oleh bangsa Israel menjadi
pengganti akan kehidupan kedosaan mereka.
korban mempunyai arti atau makna yang sangat
penting bagi bangsa Israel. Hal ini
digambarkan dalam kitab Keluaran
29:28 “itulah yang menjadi bagian untuk Harun dan anak-anaknya menurut
ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel, sebab inilah
suatu persembahan khusus, maka haruslah itu menjadi persembahan khusus dari
pihak orang Israel, yang diambil dari korban keselamatan mereka, dan menjadi
persembahan khusus mereka bagi Tuhan”. Korban bagi bangsa Israel merupakan
tanda keselamatan atau penghapusan dosa. Dalam Imamat 4:3 tertulis bahwa; “maka
jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut
bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah
diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban
penghapusan dosa”.
Namun bukan berarti bahwa semua korban yang telah
dipersembahkan oleh bangsa Israel dapat membawa penghapusan dosa bagi mereka. Mikha
6:6 menuliskan bahwa; dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk
menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia
dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?”. Terhadap ayat ini,
Amos 5:22 menuliskan bahwa; “sungguh apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku
korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu
berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang”.
Dalam kitab Imamat 19:5 melukiskan bahwa; agar Tuhan
berkenan terhadap korban persembahanmu, kamu harus mempersembahkan sedemikian;
korban bakaran dari lembu, haruslah seekor jantan yang tidak bercela. Harus membawanya
ke pintu kemah pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu harus meletakkan
tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu
diperkenankan untuk mengadakan pendamaian baginya (Imamat 1:3-4). Isi perut dan
betisnya haruslah dibasuhnya dengan air bahkan oleh imam dan dibakar di atas
mezbah: itulah korban bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan
bagi Tuhan (Imamat 1:13). Dan jika yang
berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah
ia mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor
lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa (Imamat 4:3). Terhadap
persembahan itu maka imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga
mereka menerima pengampunan (Imamat
4:20).
Dengan demikian, dengan persembahan korban maka
manusia secara khusus bangsa Israel mempunyai kesempatan untuk memuliakan dan
menghormati Tuhan. Dan melalui korban persembahan maka setiap orang secara
khusus bangsa Israel menerima penghapusan dosa atau penebusan tetapi itu hanya
sementara karena korban selalu dibuat selama satu tahun. Namun korban
persembahan merupakan sesuatu hal yang penting dan sangat ditekankan dalam
Perjanjian Lama.
II.2 Makna
Ekaristi Sebagai Korban Dalam Perjanjian Baru
Berbeda dengan Perjanjian Lama, rasul Paulus menulis
surat kepada orang Ibrani 9:28 bahwa demikian pula Kristus hanya satu kali
saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan
keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Di dalam hukum Taurat hanya
terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat
dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap
tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan
mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya (Ibrani 10:1). Tetapi Ia,
setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk
selama-lamanya di sebelah kanan Allah (Ibrani
10:12). Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan
korban karena dosa (Ibrani 10:18). Sebab jika kita sengaja berbuat dosa,
sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban
untuk menghapus dosa itu (Ibrani 10:26). Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya
sekali untuk selamanya sebagai korban penebus dosa. Jemaat Kristen dianjurkan
untuk berkorban atas dasar perbuatan Yesus itu (Rm. 12:1), khususnya
mempersembahkan korban pujian (Ibr. 13:15). Injil Markus 12:33 melukiskan bahwa
jauh lebih utama mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap
pengertian dan dengan segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia
seperti diri sendiri dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan
seperti yang difirmankan dalam hukum Taurat yaitu sepasang burung tekukur atau
dua ekor anak burung merpati (Lukas 2:24). Dengan demikian
2 Kor 12:15 menegaskan bahwa karena Yesus suka mengorbankan miliknya dan bahkan
mengorbankan diri-Nya maka kita perlu untuk mengasihi-Nya. “dan janganlah kamu
lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah
yang berkenan kepada Allah” (Ibrani 13:16).
Hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi
kamu dan telah meyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban
yang harum bagi Allah (Efesus 5:2).
Dalam Ibrani 9:26 dijelaskan bahwa Yesus hanya satu
kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh
koban-Nya. Oleh karena itu setiap imam besar yang dipilih dari antara manusia,
ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia
mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa (Ibrani 5:1; 8:3). Sedangkan
yang tidak seperti imam-imam besar lain, haruslah mempersembahkan korban untuk
dosanya sendiri dan sesudah itu barulah dosa umatnya (Ibrani 7:27).
III.
EKARISTI SEBAGAI
KORBAN
Dengan landasan biblis yang telah dijelaskan di atas
maka kita dapat mengatakan bahwa ekaristi adalah korban persembahan. Korban
berarti suatu tanda perdamaian[1],
keselamatan atau penghapusan dosa.[2] Korban
dapat juga diartikan sebagai pengganti nyawa dimana dapat dilihat bahwa
kebanyakan dari korban persembahan selalu dicurahkan darahnya. Dalam hal ini,
darah dilihat sebagai pengganti nyawa atau sebagai tebusan atas orang yang
beribadah yang diterima Allah.[3] Korban adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah bukan karena umat bermaksud untuk meminta balasan berdasarkan
korban yang sudah diberikan, melainkan korban itu adalah korban sukarela kepada
Allah, juga sebagai tebusan atas pelanggaran umat kepada Allah. Namun untuk
mendapat berkat keselamatan atau penghapusan dosa, orang-orang Israel harus
mempersembahkan sedemikian; korban bakaran dari lembu, haruslah seekor jantan
yang tidak bercela. Harus membawanya ke pintu kemah pertemuan, supaya Tuhan
berkenan akan dia. Lalu harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban
bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenankan untuk mengadakan
pendamaian baginya. Isi perut dan betisnya haruslah dibasuhnya dengan air
bahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban bakaran, suatu
korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan. Dan jika yang berbuat
dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia
mempersembahkan kepada Tuhan karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor
lembu jantan muda tidak bercela sebagai korban penghapusan dosa.
Dalam kaitan dengan Ekaristi, korban merupakan
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus yang berkorban demi keselamatan
seluruh umat manusia.[4] Korban
Tuhan Yesus bersifat kekal atau selamanya.[5]
Hal ini menandakan bahwa Allah menghendaki agar manusia tidak binasa. Korban
Kristus yang dipersembahkan oleh Allah merupakan tuntutan keadilan Allah yang
dinyatakan untuk penyelesaian dosa manusia.
Dengan demikian sebagai korban, Ekaristi merupakan
perayaan keselamatan dan penghapusan dosa. Yesus hadir secara nyata melalui
perayaan Ekaristi untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.[6]
IV.
RELEVANSI
IV.1. Makna Ekaristi Sebagai “Korban” Bagi
Kehidupan Masyarakat
Dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada begitu banyak teks yang berbicara
mengenai “korban”. Di antaranya teks Ibrani 9:26 menceritakan
bahwa Yesus hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk
menghapuskan dosa manusia oleh korban-Nya. Oleh karena itu setiap imam besar
yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka
dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa manusia
(Ibrani 5:1; 8:3). Teks ini hendak menjelaskan bahwa di dalam perayaan Ekaristi
terdapat perayaan korban tidak berdarah yang dapat menyelamatkan umat manusia
dari dosa. Dengan keselamatan umat manusia, Yesus mengorbankan diri-Nya
sehingga para imam sebagai pengganti-Nya ditugaskan untuk melanjutkan korban
atau perayaan Ekaristi yang yang menyelamatkan itu. Kita sebagai pengikut-Nya,
perlu juga untuk berkorban bagi sesama. Ibrani 13:16 menegaskan bahwa janganlah
kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang
demikianlah yang berkenan kepada Allah.
IV.2. Makna Ekaristi Sebagai “Korban” Bagi Diri Saya
Berkorban merupakan sesuatu yang terkadang sulit
dilakukan oleh banyak orang. Setiap orang kadang tidak berkorban dengan tulus
hati. Kain dalam Kejadian 4:4-5 tidak memberikan korban kepada Tuhan dengan
tulus hati sehingga Tuhan tidak mengindahkan korbannya. Habel adiknya karena
memberikan korban persembahan dengan tulus hati sehingga Tuhan mengindahkan
korbannya. Korbannya adalah anak sulung kambing domba yakni lemak-lemaknya.
Sebagai seorang calon imam, saya sadar bahwa
terkadang saya tidak berkorban secara tulus kepada teman-temanku. Yesus hendak
menunjukan bahwa dengan sungguh-sungguh Dia mengorbankan diri-Nya demi
keselamatan banyak orang. Korban adalah suatu tanda pengorbanan dari Kristus
yang telah menyelamatkan umat manusia dari dosa. Rasul Paulus mengatakan dalam
suratnya kepada jemaat di Efesus bahwa kita harus hidup di dalam kasih,
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kita dan telah menyerahkan
diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah
(Efesus 5:2). Semoga dengan makna korban dari Yesus Kristus, saya semakin
mementingkan kepentingan orang lain. Dalam hal ini, sebagai seorang calon imam,
saya akan berupaya untuk selalu berkorban bagi sesama dalam segala aktivitas.
Selalu rajin dalam mengikuti perayaan Ekaristi.
PENUTUP
Dengan
melihat teks-teks yang berbicara mengenai korban persembahan maka ditemukan
bahwa seluruh korban dalam Perjanjian Lama menunjuk pada satu korban yang ada
dalam Perjanjian Baru yakni Yesus Kristus, yang selama-lamanya menyelamatkan
umat manusia dari dosa.
Dengan
demikian sebagai korban persembahan, perayaan Ekaristi merupakan suatu perayaan
keselamatan dan penghapusan dosa. Yesus hadir secara nyata melalui
perayaan ekaristi untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Thomas. P. Rausch
dalam buku katolisisme mengatakan bahwa “Melalui pengkisahan dan upacara, Doa
Ekaristi menghadirkan atau mengenang korban Kristus di salib, sehingga dalam
arti yang sesungguhnya ibadat Ekaristi Gereja menghadirkan penyerahan diri
Kristus kepada Allah”.
DAFTAR PUSTAKA
·
Niftrik,
G.C-B.J. Boland., Dogmatika Masa Kini.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
·
Rausch
Thomas, P., Katolisisme. Yogyakarta:
Kanisius, 2001.
·
Singgih,
Emanuel, Gerrit., Berteologi Dalam Konteks.
Yogyakarta: Kanisius, 2000.
·
Veldhuis,
Henri., Kutahu Yang Kupercaya (Sebuah
Penjelasan Tentang Iman Kristen). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
[1] Pada perjamuan Kudus diberitakan
kepada kita, bahwa Korban yang satu-satunya telah dipersembahkan satu kali, di
bukit Golgota, dan bahwa hasilnya pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah
yang berlaku untuk selama-lamanya dan menjadi realita dalam hidup kita ini oleh
perkerjaan Roh Kudus. Dr. G.C. van Niftrik-Dr.B.J. Boland., Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008. Hlm.460
[2] Karya pendamaian korban tidak
dalam persembahan total hidup kita kepada Allah. Allah tidak meminta supaya
kita menghancurkan hidup kita, tetapi untuk menyerahkannya sepenuhnya supaya Ia
dapat menyelamatkan dan memulihkannya. Makna korban tidak terletak dalam
penderitaan, yang kita sanggupi untuk kita tanggung dan kita ambil risikonya,
tetapi dalam hidup dan relasi yang ingin kita selamatkan dan pulihkan dengan
itu. Henri, Veldhuis., Kutahu Yang Kupercaya
(Sebuah Penjelasan Tentang Iman Kristen). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005. Hlm
126
[3] Dalam perjanjian Lama dan dalam
kematian Yesus pernah dipertanyakan secara sinis apakah Allah “senang melihat
darah”. Dalam korban dosa dan korban salah memang darah dikorbankan, tetapi
bukan Karena Allah senang melihat penghancuran kehidupan. Seperti dikatakan,
darah bagi orang Israel adalah pendukung kehidupan. Dalam korban bukan kematian
atau penghancuran yang dipersembahkan, melainkan hidup kita. Henri,
Veldhuis.,……………Hlm 126
[4] Sakramen Ekaristi (Perjamuan
Kudus) memperingati Korban Kristus. Pertentangan yang biasanya kita dengar
adalah di antara korban yang sekali untuk selamanya dan korban yang terjadi
saat Ekaristi dirayakan. Yang Kristus lakukan di Golgota memang adalah korban
yang berlaku sekali untuk selamanya, tetapi di dalam setiap perayaan Ekaristi
kita menghayati kembali karya Kristus, melibatkan diri di dalam karya
keselamatan Kristus, masuk dalam cerita tentang Yesus dan karya-Nya (menonton
saja) sehingga kita mengalami sesuatu yang di dalam ilmu agama disebut
aktualisasi. Kalau orang menyadari akan aktualisasi maka kehadiran Yesus memang
tidak sama seperti Dia mengadakan perjamuan Kudus. Dia sudah naik ke surga dan
akan datang lagi. Dalam Ekaristi, perspektif eskatologis ini harus tetap kita
pegang. Emanuel, Gerrit, Singgih, Ph.D., Berteolgi
Dalam Konteks . Yogyakarta: Kanisius, 2000. Hlm 52-53
[5] Dan di dalam Ekaristi, Kristus
sendiri muncul pula di atas altar (tempat Korban), yaitu dalam bentuk roti dan
anggur. Sebagaimana Maria telah melahirkan Anak Allah, sehingga Dia yang berada
di surga turun ke bumi, demikianlah Kristus berupa Ekaristi dibuat menjadi
harus di atas altar dengan perantaraan imam. Sebab itu Ekaristi adalah sebagai
ulangan dari Korban yang dipersembahkan di Golgota. Dapat juga dikatakan: di
dalam Ekaristi itu “Korban abadi” yang dipersembahkan di Golgota dilanjutkan
dan berlangsung terus. Ataupun: “Korban abadi” itu “dihadirkan” atau diwujudkan
kembali realitas sesaat ini di atas altar sana. Dr. G.C. van Niftrik-Dr.B.J.
Boland…….. Hlm 459
[6] Melalui pengkisahan dan upacara,
Doa Ekaristi menghadirkan atau mengenang korban Kristus di salib, sehingga
dalam arti yang sesungguhnya ibadat Ekaristi Gereja menghadirkan penyerahan
diri Kristus kepada Allah. Konsep anamnesis atau pengenangan merupakan hal yang
sangat penting di sini. Dalam bahasa lebih tradisional, orang-orang Katolik
telah menggambarkan Ekaristi sebagai pengulangan korban salib “dengan cara yang
tidak berdarah”. Teologi zaman ini kadang-kadang membicarakan Ekaristi sebagai
sakramen korban Kristus, dengan membuat korban Kristus secara sakramental, dan
oleh karena itu nyata, hadir dalam ibadat Gereja. Thomas P. Rausch., Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Hlm 157