Senin, 13 Februari 2012

Kesaksian Hidup Sebagai Satu Tanda


Senin, 14 Februari 2011
Pw. St. Sirilius dan St. Metodius, Uskup (P)
Kej 4:1-15.25; Mzm 50:1.8.16bc-17.20-21; Mrk 8:11-13
Kesaksian Hidup Sebagai Satu Tanda
Dalam realitas hidup, kita menemukan banyak tanda yang diperhadapkan kepada kita, sebagai bentuk pengenal akan apa yang dimaksudkan. Tanda sederhana yang sering kita temui adalah rambu-rambu lalu lintas. Tanda tersebut dimaksudkan agar kita lebih mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi pada diri kita seperti kecelakaan. Terkadang kita membutuhkan tanda agar lebih meyakinkan apa yang bergejolak dalam pikiran atau perasaan kita. Dengan kata lain sebagai bukti untuk satu kepercayaan.
Hal yang sama diungkapkan dalam bacaan pertama bahwa: ”Allah memberikan tanda kepada Habel agar ia jangan dibunuh oleh siapapun yang bertemu dengan dia,” (Kej 4:15). Tanda Allah bagi Habel sebenarnya telah nampak pula dalam diri kita sebagai umat kristiani yang termanifestasi lewat pembaptisan. Dan tanda itu akan sangat Nampak dalam cara hidup, sikap dan perbuatan-perbuatan dalam realitas hidup. Jadi bukan lagi tanda yang hendak kita minta dari Allah melainkan kita harus berani memberikan tanda atau nilai-nilai kristiani sebagaimana yang telah kita terima.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini, berdialog dengan orang-orang Farisi yang hendak meminta suatu tanda dari Sorga. Tapi apa yang dikatakan oleh Yesus? Ia mengatakan bahwa: ”Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda.” (Mrk 8:12). Ungkapan Yesus kepada orang Farisi, sebenarnya menjadi peringatan bagi kita agar tidak lagi meminta suatu tanda agar kita percaya kepada-Nya. Yesus telah menunjukkan berbagai tanda atau mujizat, sebagaimana yang terungkap dalam perikop sebelumnya tentang Yesus memperbanyak Roti. Sehingga bukan lagi tanda yang dibutuhkan melainkan kepercayaan kita akan apa yang telah kita terima dari Yesus. Dan sebagai orang yang percaya, maka kita hendak mengaktualisasikan iman kepercayaan kita lewat cara hidup doa, cinta dan kasih kepada semua orang.
Berkaitan dengan bacaan hari ini, dua orang kudus yaitu St. Sirilius dan St. Metodius, Uskup telah menunjukkan berbagai kesaksian atau tanda kebaikan kepada semua orang. Mereka adalah saksi-saksi hidup Gereja Katolik. Kesaksian mereka bukan hanya untuk kepentingan gereja semata, tapi terlebih demi kemuliaan nama Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itu, marilah kita belajar untuk memberikan tanda-tanda kebaikan dari Yesus Kristus kepada semua orang yang dijumpai dalam hidup kita. Fr. Dawzon M.

Minggu, 12 Februari 2012

MAKNA YESUS SEBAGAI ANAK SULUNG BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT


Dalam perjanjian lama maupun perjanjian baru, ada begitu banyak teks yang berbicara mengenai sang “Anak Sulung”. Di antaranya Roma 8:29 menceritakan bahwa Kristus adalah Anak Sulung dari Bapa-Nya yang ada di sorga, dan menduduki martabat tertinggi di antara banyak saudara di bumi dan mempunyai kekuasaan penuh terhadap mereka. Teks ini hendak menjelaskan bahwa Yesus mempunyai kedudukan yang utama dalam penciptaan maupun keselamatan.[1] Oleh sebab itu kita sebagai persekutuan umat Allah yang percaya kepada Kristus, perlu untuk menghargai dan menghormati Yesus sebagai Tuhan dan Allah kita. Kita sebagai saudara-saudaranya, perlu untuk memelihara segala ciptaan yang berada di bumi ini dan saling menghargai satu sama lain karena kita merupakan satu saudara yang segambar dengan citra Allah. Allah memiliki kekuasaan yang penuh terhadap kita, oleh sebab itu kita perlu untuk meninggikan-Nya.




[1] Kekuatan Allah sang pencipta dan penyelamat ada dalam pribadi Yesus Kristus, junjungan kita.Darmawijaya. St. Gelar-Gelar Yesus. Yogyakarta: Kanisius. 1987